Keakraban Tuhan
Oleh : Maulana Syekh
Muhammad Ali Hanafiah (Tuangku Hanafiah)
Guru Besar Tasawuf Islamic Centre Indonesia
Tuhan adalah
Zat yang kita yakini sebagai Pencipta alam semesta yang tiada batas, Maha
Menguasai segala kekuasaan, menjadi sumber segala pengetahuan, sumber intuisi
yang tertinggi dan menjadi keyakinan yang mutlak untuk dimiliki setiap manusia.
Namun, apakah Tuhan yang kita kenal ini, mempunyai batasan-batasan yang
tertentu untuk diketahui apalagi untuk didekati? Sungguh pemikiran yang dangkal
jika Allah SWT disembah hanya dalam konteks pangkat ke-Tuhanan-Nya di dunia
ini. Allah, sebagai Zat yang diyakini Pencipta dan sumber daripada segala
kejadian, sepantasnya untuk disembah. Akan tetapi, apakah cukup bagi kita
mengenal Dia hanya semata untuk ritual penyembahan, pengagungan dan sebagai
tempat pengaduan?
Tuhan tidak
pernah membatasi keinginan hamba-hambaNya untuk mengenal dan mendekati Zat-Nya.
Setiap saat Dia membuka diri untuk didatangi dari pintu mana saja. Ke-Tuhanan
Dia di dunia ini bukan kabar pertakut untuk membuat manusia sujud
menyembah-Nya, seharusnya manusia menjadikan Tuhan sebagai Zat yang akrab
dengan sisi kehidupannya. Bukankah Tuhan Maha dekat (QS 50 : 16), serta
kehadiran kita di dunia maya ini adalah sebagai wakil-wakil-Nya yang diberi
anugrah jauh lebih sempurna jika dibandingkan dengan kejadian makhluk lainnya.
Dan kenapa kita harus menjadikan Tuhan sebagai Zat yang tabu untuk dijangkau.
Walau Tuhan adalah Zat Yang Maha Tinggi, bukan berarti manusia tidak diperbolehkan
untuk mendekati dan menjangkau-Nya.
Sangat
primitif jika Tuhan diletakkan hanya di mesjid-mesjid tempat-tempat pengajian,
sebagai kompunen dalam ibadah tanpa ada sedikit kemauan untuk didekati dan
dicintai. Ketahuilah, ibadah para nabi dan rasul bukan sekedar penyembahan
belaka, namun lebih menjurus kepada bentuk keakraban hamba terhadap Tuhannya.
Oleh sebab itu, benda mati yang dijadikan berhala pada masa itu, tidak sanggup
menandingi kenikmatan para penyembah Allah SWT yang dapat menjalin hubungan akrab
dan membuahkan keyakinan kuat yang tak gentar dengan kematian.
Ber-Tuhan
adalah untuk dinikmati. Orang-orang yang ber-Tuhan seharusnya lebih tenang dan
sejuk hati dan jiwanya (QS 13 : 28). Orang-orang yang mengaku ber-Tuhan
semestinya merasa selalu diawasi oleh tatapan Tuhan, bahkan ia akan merasakan
sekeliling diri dan lingkungannya merupakan mata-mata Tuhan yang mengawasi
segala gerakan dan perbuatannya. Begitupun, orang yang mengaku dekat pada-Nya,
niscaya ia selalu merasa berhadapan setiap saat dengan Tuhannya (QS 2 : 115).
Percayalah, keimanan yang kuat tidak akan dimiliki sebelum kita menyaksikan
Allah SWT melebihi dari kenyataan sebuah bukit yang berada di depan mata. Maka,
wajarlah bukit Thur Sina hancur di depan mata Nabi Musa as, karena kenyataan
Allah SWT melebihi dari kenyataan sebuah bukit di depan mata.
Tuhan
adalah Zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada makhluk ciptaan-Nya.
Kecintaan-Nya melebihi dari Kesombongan-Nya, Kasih Sayang-Nya melebihi dari
Amarah-Nya. Tuhan bagaikan Raja yang tinggal di setiap rumah rakyatnya. Ia
mengetahui dan memahami apa yang terjadi di dalam setiap rumah rakyatnya. Dan Dia
selalu dekat dan akrab dengan kehidupan rakyatnya. Raja yang bersinggasana
dalam setiap rumah rakyatnya, tanpa kehilangan tahtanya sebagai raja.
Saudaraku,
pandanglah Tuhan sebagai Zat yang akrab dalam kehidupanmu, sebab Dia lah yang
pertama mengetahui segala keluh kesahmu, kebutuhanmu, dan segala kerahasiaanmu.
Sewajarnya jika kita jadikan Tuhan sebagai Zat yang pertama untuk dikenali,
didekati dan akhirnya untuk dicintai sebagai Zat yang lebih akrab di hati kita,
daripada diri kita sendiri.
Allah
berkata melalui kalam sirr kepada
Hamba-Nya:
Wahai hamba-KU:
Tiang dari cinta adalah kerinduan,
tiang daripada kerinduan adalah keakraban,
tiang daripada keakraban adalah kedekatan,
sedangkan kedekatan bermula dari pengenalan,
dan hendaklah engkau mengenali Allah sebelum
engkau mencintai-Nya.
(Menyapa
Rasa Para Pencari Tuhan, Hidangan Nurani Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah, Rabbani Press, Jakarta 2011, hal 75)
--ooOoo--